Senin, 26 Agustus 2019

45 Model Pembelajaran Spektakuler Buku Bacaan Wajib Bagi Guru

45 Model Pembelajaran Spektakuler Buku Bacaan Wajib Bagi Guru
45 Model Pembelajaran Spektakuler Buku Wajib Guru, Masalah yang dihadapi sistem pendidikan di Indonesia saat ini terletak pada empat hal pokok. Yaitu, kurikulum, metodologi pembelajaran, pendanaan, dan reorganisasi kelembagaan. Untuk sementara, kurikulum yang digunakan dianggap mencukupi karena dirumuskan, ditetapkan, dan diberlakukan berkala secara terkoordinasi dari pemerintah pusat yang dalam hal ini Departemen Pendidikan. Meskipun, menuai kritik yang tajam dari berbagai kalangan. Sebab, setiap ganti pemimpin, ganti kurikulum, namun unsur pokok keilmuan yang dipelajari tidak berubah. Kondisi inilah yang menjadi sebab utama terjadinya stagnasi metodologi pembelajaran yang digunakan. Metodologi pembelajaran merupakan ujung tombak dari kurikulum. Jika kurikulum tidak berubah maka metodologi pembelajarannya pun menjadi tetap dan tidak berubah. Padahal, metodologi pembelajaran adalah kunci utama membuka wawasan pengetahuan dan teknologi aplikatif.

Buku 45 Model Pembelajaran Spektakuler  Ilmu pengetahuan dan teknologi aplikatif itu adalah kunci keberlangsungan manusia di masa depan. Hal itu hanya bisa ditempuh dengan cara menciptakan manusia-manusia yang terampil, cekatan, cerdas, kreatif, dan inovatif. Dengan mengandalkan metode pembelajaran yang ada dan digunakan saat ini, itu tidak mungkin terjadi. Sementara itu, untuk soal pendanaan seharusnya juga tidak menjadi masalah lagi karena secara yuridis dan de facto juga ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 4 sebesar 20% dari APBN.1 Dua puluh persen dari APBN itu bukan dana yang kecil, bahkan boleh dikatakan lebih dari cukup untuk membiayai penyelenggaraan proses belajarmengajar di seluruh penjuru negeri. Namun, yang menjadi persoalan pada umumnya adalah kemampuan mengelola dana sebesar itu dengan “benar” dan “tepat”. Hal itu terletak pada aspek manusianya.

Baca juga



Buku ini adalah salah satu bentuk nyata usaha penulis untuk membantu mengurai benang kusut sistem pendidikan di Indonesia dalam hal metodologi pembelajaran. Meskipun hanya terbatas pada metode dan model pembelajaran di lembaga pendidikan yang disebut sekolah, setidaknya diharapkan melalui buku ini ada titik terang bahwa sistem pendidikan di Indonesia dapat menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses kependidikan yang terencana, terpadu, dan terkoordinasi secara sistematis dengan standar dan ukuran evaluasi yang jelas dan tegas. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembelajaran di sekolah merupakan satu kesatuan utuh yang tidak mungkin bersifat terpisah dan acak.
Kurikulum yang ada harus terhubung secara sistematis dengan metodologi pembelajaran yang digunakan, sedangkan metodologi pembelajarannya pun harus dirumuskan secara teperinci dan detail. Oleh sebab itu, pengembangan kurikulum pada praktiknya selalu terikat dan berhubungan kuat dengan metodologi pembelajaran. Sebagian besar masalah yang dihadapi sistem pendidikan di Indonesia berujung pada dua persoalan utama tersebut, yaitu kurikulum dan metodologi pembelajaran. Kurikulum berfungsi sebagai kompas dalam arti penentu arah jalannya

proses pembelajaran yang akan digunakan. Sementara itu, metodologi pembelajaran adalah ujung tombaknya. Kurikulum tidak mungkin dapat berjalan dengan baik dan benar jika tidak diikuti oleh sistem dan metode pembelajaran yang sistematis dan terpadu. Dari segi material, konsep kurikulum yang berkembang saat ini dirasa sudah cukup untuk dijadikan standar pembelajaran di sekolah setidaknya untuk sementara waktu ini.

Hal ini tidak sama halnya dengan metode pembelajaran yang digunakan. Metode pembelajaran yang berkembang dan dikembangkan di sekolah-sekolah pada umumnya bersifat konvensional dan klasik. Yaitu, guru bercerita, murid mendengar dan mencatat. Guru memberi, murid menerima. Konsep yang demikian memang tidak salah dan juga tidak buruk. Hanya saja cenderung lebih lambat dalam membentuk pengetahuan dalam diri siswa. Siswa hanya dianggap wadah kosong yang harus diisi dengan warna yang sesuai warna dan karakteristik sang guru.

Akibatnya, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang di Indonesia menjadi semakin lambat dan tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Otak siswa lebih banyak diisi dengan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki guru, bukan objek asli dari ilmu dan pengetahuan semesta itu sendiri. Warna dan kemampuan dasar murid sebagian besar adalah warna dan kemampuan dasar sang guru. Hal ini terjadi di hampir semua aspek, baik dari segi motorik , kognitif , maupun psiko-sosiologisnya (afektif)

Download Buku 45 Model Pembelajaran Spektakuler

0 Comments

Posting Komentar

Mohon tidak berkomentar dengan link aktif, dan kami mohon maaf apabila komentarnya tidak kami setujui atau bahkan kami hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.