Minggu, 14 Juli 2013

Dilatih Kurikulum 2013, Guru Banyak Alami Diskriminasi

Ilustrasi. (Foto: Heru Haryono/okezone) 
JAKARTA - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menerima sejumlah laporan pemantauan dari para guru peserta pelatihan guru, baik guru Inti maupun guru sasaran (mata pelajaran), yang merupakan perwakilan dari daerah atau sekolah yang ditunjuk melaksanakan kurikulum 2013. Berdasarkan laporan para guru tersebut FSGI mengklasifikasi persoalan-persoalannya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) FSGI Retno Listyarti mengatakan bahwa dari segi teknis, peserta yang jumlahnya banyak ternyata tidak bisa ditampung dalam satu penginapan, sehingga harus berpencar. Secara teknis sangat menganggu karena peserta antre di antarjemput, sementara penjemputan hanya menggunakan satu buah kijang. Alhasil banyak peserta yang kerap telat mengikuti acara pelatihan.

"Substansi metodenya didominasi ceramah, searah. Bukan metode partisipatif dan demokratis seperti di gembar-gemborkan pemerintah selama ini. Ceramah dipastikan dilakukan oleh semua guru inti," katanya dari siaran pers yang diterima Okezone, Sabtu (13/7/2013).

Lanjutnya, ketika guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris digabung ternyata para guru bahasa Inggris mengalami diskriminasi, mulai dari kualitas tempat menginap sampai terlambat menerima soal pretest.

Konsep yang dibangun dalam pelatihan pada prakteknya tidak mendorong berpikir holistik, kritis dan kontekstual. Konsep berpikir tiga pilar ESD hanya diwacanakan bukan dipraktikkan dalam pelatihan," katanya.

Kemudian, banyak peserta pelatihan di level guru sasaran baru menerima perintah berangkat pelatihan hanya tiga sampai empat jam sebelum pelatihan di mulai sehingga kurang persiapan.

"Guru Inti di jenjang SD kebingungan bagaimana menentukan silabus untuk pelajaran yang jadi pilihan. Menurut si guru tersebut ada enam jampel untuk pilihan dan peserta didik bisa milih pelajaran yang disukai," katanya.

Dengan demikian, Sekolah bingung menentukan guru yang akan berangkat pelatihan, karena diminta hanya satu sampai dua orang sementara untuk matematika gurunya dalam satu paralel bisa tiga orang karena jam matematika banyak.

"Dalam proses pelatihan yang pertama, konsep dan rasionalisasi kurikulum 2013 tidak dikemukakan dengan baik oleh guru inti. Si pelatih hanya memberitahu bahwa perubahan ini adalah keinginan Presiden dan si guru inti memperlihatkan slide RJPMN Bapenas dan mengatakan bahwa Presiden ingin metodologi pembelajaran guru berubah," katanya.

Selain itu, di Jakarta, SMP 98, 175, 166,131, 211, 276, 242, 253, 254 dan 239, tidak ditunjuk tapi melaksanakan. Uniknya para guru mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan IPS sudah dilatih kurikulum 2013 di puncak pada 13-15 Juni 2013 oleh Dinas Pendidikan DKI jakarta, padahal pelatihan instruktur nasional baru dilaksanakan 26-30 Juni 2013.

"Dalam proses pelatihan kedua, ketika mulai masuk ke KI/KD, guru inti hanya memperlihatkan beberapa slide dan guru sasaran diminta menyebutkan tanpa menjelaskan apa yang ada di Kurikulum 2006 (KTSP) karena menurut Trainer tidak penting lagi, katanya Presiden mendengar keluh kesah para Guru dan membuatnya mudah dengan mendatangkan Kurikulum 2013 yang sudah dibuatkan silabus dan buku sudah disiapkan," katanya. (ade)

0 Comments

Posting Komentar

Mohon tidak berkomentar dengan link aktif, dan kami mohon maaf apabila komentarnya tidak kami setujui atau bahkan kami hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.