Minggu, 24 November 2013

Guru Yang Dulu Bukanlah Yang Sekarang

Pertama-tama penulis mengucapkan selamat Hari Guru yang ke-68. semoga para guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa ini makin kuat dan makin padu terintegrasi dalam satu tujuan mencerdaskan generasi bangsa.
Betapa besar peranan Guru dalam menggembleng karakter anak bangsa guru bukan lah segalanya namun segalanya berawal dari Guru bukan maksud memuji atau omong bualan saja akan jasa yang telah diberikan oleh guru karena termasuk penulis disini bisa menulis dan membaca bahkan bisa membuat blog sederhana ini juga berasal dari ajaran dan didikan para Guru, baik dari Guru TK.Guru SD,Guru SMP sederajat maupun SLTA.

Peran besar Kaum oemar bakrie ini tak terbantahkan, lihat saja para pemimpin bangsa mereka terlahir juga berasal dari ajaran dan didikan Para Oemar Bakrie. Guru jasamu tiada tara...
namun jika boleh berpikir kritis sedikit saja walau saya berprofesi sebagai seorang guru namun tak ada salahnya saya mengintrospeksi diri, bukan menjelekkan namun belajar untuk realistis bahwa masa sekarang Apakah guru tetap setangguh Guru-guruku jaman dulu.

Sedikit mengutip inspirasi syair dari lagu Tegar, Guru yang Dulu bukanlah yang sekarang. nampak terkesan perbedaan yang nyata. karena bisa saya atau bahkan kita rasakan saat ini para oemar bakrie ini cukup terbebani untuk lebih terfokus mengejar materi lewat aneka tunjangan.
harus kita akui Berapalah gaji seorang guru yang kata kebanyakan Oknum guru masih kurang bagi kehidupan keluarga mereka ada juga yang bilang cukup saja nampak relatif dan pastinya lebih banyak yang merasa kurang.
kini telah hadir tunjangan sertifikasi serta berbagai tunjangan lainnya. yang membuat semua berambisi meraihnya, sangat rasional dan itu hal yang lumrah, namun dikala meraihnya ada hal-hal yang melenceng itu yang bisa kita katakan kurang baik.

Dengan tunjangan-tunjangan tersebut tentu punya prasayarat terutama JJM minimal 24 jam satu minggu nya.
belum lagi masa kerja dan hal lain pastinya yang wajib dipenuhi sang guru. karena harus kita akui maksud dengan adanya tunjangan itu kinerja guru akan lebih baik dan jauh lebih sejahtera karen mereka memiliki kompetensi yang baik dan sangat baik diakui oleh pemerintah.

api nampak sudah mulai jauh dari panggang, demi mengejar itu oknum-oknum guru meraih cara dengan tidak sportif, tentu dengan cara curang seperti sikut kiri kanan untuk kawan, lobi keatas agar nama masuk duluan,laporan 24 jam sementara kinerja malas-malasan. ujungnya urusan mengajar dan mendidik anak bangsa di nomor duakan. kejadian seperti ini tidak hanya milik pribadi lihat juga berbagai data laporan yang harus dipenuhi. namun pada laporan ini saya katakan semua bagus tapi kinerja nyata entahlah.

ada hal lain yang mungkin realita nyata oknum-oknum guru bersertifikasi ini tidak menjamin mereka akan lebih rajin bekerja lagi justeru kebanyakan malah ogah-ogahan. namun laporan tetap mereka selalu yang terbaik walau nyatanya bukan demikian dilapangan.

melihat fenomena itu para Guru yang belum bersertifikasi pun punya contoh yang seakan tak terasa namun terindikasi akan mudah pula mengikutinya. semoga tidak demikian ya kawan.

sisi lain para Operator sekolah sebagai pelayan data tentu punya kinerja yang harus dan pasti lebih ekstra untuk data-data mereka(masalahnya tunjangan bisa gak keluar lho) ops jadi pelayan yang terbaik. parahnya lagi kebanyak cukup pada pelayan data namun lupa kalau data kebohongan yang harus dilakukan OPS demi membantu oknum tersebut bukan malah berbuat baik. cukup data laporan ops baik, maka mereka santai saja, namun jika salah(tunggu)

Guru ku sudah cukup dan terkesan terlalu banyak mengejar materi lupa pada hakikat diri, kewajiban yang pasti untuk mewujudkan generasi bangsa yang tangguh nampak terlupa. Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa memang nyata namun berbeda dikala kepentingan utama hanya materi semata apalagi dengan cara yang kurang sportif dan jujur,

Kita tidak hanya membanding pada Program sertifikasi yang niatan pemerintah agar guru lebih sejahtera dan lebih memantapkan kinerjanya namun jika berurusan dengan dana-dana lain semisal Bantuan operasional Sekolah pun kiranya cukup ada tindakan yang tidak jujur hal ini harus kita akui dunia pendidikan kita juga berada pada kubangan lumpur korupsi.

semoga anak didik kita tidak demikian kelak, semoga mereka adalah generasi punya akhlak yang baik, cerdas dan berkarakter ikhlas tidak pamrih demi bangsa dan negara.

Selamat HUT Guru yang ke-68 semoga kita bisa mewujudkan pendidikan yang berkarakter. dan tentunya guru yang berkarakter untuk pendidikan yang berkarakter.

0 Comments

Posting Komentar

Mohon tidak berkomentar dengan link aktif, dan kami mohon maaf apabila komentarnya tidak kami setujui atau bahkan kami hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.