Jumat, 13 September 2013

Dana Sertifikasi Rawan di Selewengkan

Dari Berita berikut kiranya kita harus waspada dan semoga di daerah kita tidak terjadi demikian.
 Mataram- Pencairan dana sertifikasi guru rawan penyelewengan dan pungutan liar (pungli). Sebab dana yang ditransfer pemerintah pusat harus mampir ke rekening bendahara Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) kabupaten/kota sebelum dimasukkan ke Bank NTB.
Hal itu terungkap dari hasil klarifikasi Ombudsman Perwakilan NTB dengan empat bank penyalur tunjangan sertifikasi guru, kemarin. Klarifikasi ini dilakukan untuk menindaklanjuti pertemuan sebelumnya dengan PGRI dan Dinas Dikpora Kota Mataram terkait tunggakan pencairan tunjangan sertifikasi tahun 2011 dan 2012. Dalam pertemuan itu, Ombudsman memanggil empat bank yang melayani pencairan tunjangan sertifikasi, yakni Bank Mandiri, Bank NTB, BRI, dan BNI.
Kepala Obudsman Perwakilan NTB Adhar Hakim mengatakan, dari segi sistem perbankan, tidak ada masalah. Perbankan telah melaksanakan kewajibannya sesuai SOP (standar operasional prosedur) yang berlaku. "Setidaknya dibutuhkan waktu antara 10-20 hari untuk mentransfer dana tunjangan sertifikasi dari rekening bendahara Dikpora kembali ke Bank NTB. Setelah itu Bank NTB memproses kliring ke tiga bank lainnya," jelasnya.
Proses pencairan makin panjang karena proses transfer atau kliring dari pihak Bank NTB ke tiga bank lainnya butuh waktu antara dua hingga tiga minggu. Sementara waktu kliring juga terbatas dari jam 08.00 – 12.00 wita. Sehingga tiap harinya hanya bisa kliring untuk 100-500 orang.
Keganjilan muncul ketika dana tunjangan sertifikasi yang bersumber dari APBN harus ditransfer ke rekening bendahara Dinas Dikpora dari kas daerah yang tersimpan di Bank NTB. Adhar menilai, proses ini rawan manipulasi dan praktik pungli.
Kecurigaan itu terbukti berdasarkan hasil investigasi Ombudsman ke Kabupaten Lombok Timur. Besaran pungutan berkisar Rp 20 ribu - Rp 50 ribu. Bahkan sejumlah oknum di Dinas Dikpora disinyalir melancarkan ancaman agar diberi uang pelicin demi cairnya tunjangan yang menjadi hak para guru tersebut. ”Kami temui para guru di Lombok Timur. Mereka mengaku dimintai uang rokok atau uang administrasi agar tunjangan sertifikasinya cair,’’ ungkap mantan jurnalis ini.
Adhar menduga, praktik pungli terjadi hampir di semua kabupaten/kota se-NTB. Padahal, kata dia, database guru penerima tunjangan sertifikasi telah tercatat dari pemerintah pusat.
Menurutnya, keharusan para guru mendatangi Dinas Dikpora untuk menandatangani surat pertanggungjawaban (SPJ) sebagai syarat pencairan tunjangan harus dihapus. ”Kami lihat dasar hukumnya juga tidak ada. Apa relevansinya juga" Toh data penerima tunjangan sertifikasi sudah ada,’’ kata Adhar.
Ia menambahkan, Ombudsman akan memperdalam hasil klarifikasi dengan sejumlah pihak untuk membuat sebuah rekomendasi. Salah satunya, rekomendasi untuk menghapus prosedur-prosedur pencairan tunjangan yang membuka peluang terjadinya pungli dan manipulasi. ”Para guru jangan mudah memberikan uang apapun namanya kepada oknum-oknum tertentu. Karena tunjangan sertifikasi sudah jelas nama-nama penerimanya,’’ tegasnya.
Tunggakan pembayaran tunjangan sertifikasi bagi para guru di Provinsi NTB tahun 2012 selama dua bulan mencapai Rp 98,6 miliar.  Di Kota Mataram, penerima tunjangan sertifikasi sebanyak 2.516 guru PNS dan 102 guru non PNS. Untuk tahun 2013, pencairan triwulan I berjalan mulus. Namun untuk triwulan II, baru sebagian guru yang menerima tunjangan sertifikasinya. (cr-ili)
Sumber JPPN

0 Comments

Posting Komentar

Mohon tidak berkomentar dengan link aktif, dan kami mohon maaf apabila komentarnya tidak kami setujui atau bahkan kami hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.