Sekedar merenungkan aktifitas kita selama ini berikut artikel yang sangat menarik untuk kita refleksi diri tentang potret gaya mengajar guru, artikel ini saya teruskan dari rekan tuan guru.
Gaya dan strategi mengajar guru hendaknya mendorong terciptanya iklim
belajar yang kondusif. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada
anak didik untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong mereka untuk
terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar
mengajar, dan karena itu akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang
kreatif-produktif. Itulah sebabnya mengapa setiap siswa perlu diberi
kebebasan melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan
ingin dilakukannya.
Guru seringkali membuat banyak aturan yang harus ditaati oleh siswa,
sehingga menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan rasa
bersalah. Lebih jauh lagi, anak-anak akan kehilangan kebebasan berbuat
dan melakukan kontrol diri (kontrol diri, dalam hal ini, bisa menjadi
modal awal penumbuhan penghargaan pada keragaman).
Berikut ini dipaparkan sejumlah gaya dan strategi mengajar guru yang
cenderung membelenggu kreativitas dan menghambat perkembangan karakter
siswa.
1. Gaya Memerintah
Gaya ini paling sering terjadi, karena guru merasa memiliki kekuasaan
tertinggi di dalam kelas. Anak harus patuh dan taat pada perintah guru,
siapa yang melanggar akan ditundukkan melalui perintah dan ancaman.
Misalnya:
“Diam, Ibu tidak suka kamu bicara ketika saya menjelaskan …!”
“Berapa kali saya katakan, jangan main di dalam kelas…!”
2. Gaya Memojokkan
Gaya ini sering terjadi ketika kesabaran guru sebagai pendidik menjadi
tawar, tidak mau mengambil resiko dan tanggung jawab, selalu menuding
anak sebagai sumber kesalahan.
Misalnya:
“Nah, betul kan, kalau Pak Guru menerangkan, kamu tidak pernah serius memperhatikan. Lihat, hasil ulanganmu jelek sekali…!”
“Gara-gara kamu malas belajar, sehingga diremedi terus…!”
3. Gaya Meremehkan
Gaya ini sering terjadi karena kurangnya pemahaman guru terhadap sifat
dan karasteristik masing-masing siswa. Guru cenderung meremehkan anak
yang agak lamban atau terhadap anak yang suka usil dan nakal.
Misalnya:
“Masa, soal begini saja, kamu tidak bisa kerjakan, dasar beleng (bodoh)…!”
“Hei, kamu duduk di sana saja, biar tidak ribut dan mengganggu…!”
4. Gaya Membandingkan
Gaya ini terjadi karena guru memiliki harapan yang terlalu tinggi dan berlebih-lebihan, sekakan-akan kemampuan anak sama semua.
Misalnya:
“Apa kalian tidak malu, sama kelas lain yang berprestasi..?”
“Apa kamu tidak malu sama adikmu yang selalu juara kelas …?”
5. Gaya Mengancam
Gaya ini menunjukkan ketidakmampuan dan ketidaksiapan guru dalam
menghadapi berbagai perilaku anak. Guru sering mengancam, karena tidak
mau terlibat secara aktif dalam kondisi yang tidak diharapkan.
Misalnya:
“Hei, diam, ribut saja kerja kalian, awas …!”
“Kenapa masih cengar-cengir di situ, mau dihukum ya? Ayo keluar …!”
6. Gaya Menasehati
Gaya ini merupakan gaya kakek dan nenek menasehati cucunya. Tidak lugas
dan bertele-tele. Gaya ini sering membuat murid-murid menjadi tidak
sabar.
Misalnya:
“Makanya, sudah berapa kali Ibu katakan, setiap upacara hari
Senin pun Bapak/Ibu Guru selalu sampaikan, kalau ke sekolah jangan lupa
sarapan dulu, beginilah akibatnya. Kamu harus ingat, sarapan pagi itu
penting sekali untuk menjaga stamina, menjaga kesehatan agar dapat
belajar dengan baik, sebab kalau tidak, maka ............. dst. ...!”
(sementara itu anak sudah keringat dingin menahan rasa sakit perut,
karena Ibu Guru terlalu lama berbicara)
7. Gaya Menghibur
Sekilas gaya ini sepertinya bagus, terlihat akrab, tapi tidak dapat menyelesaikan inti permasalahan.
Misalnya:
“Ya sudah, kamu jangan terlalu cemas, nanti juga orang tuamu datang
menjemput ...!" (sambil mengelus pundak muridnya yang sedari tadi
gelisah karena terlalu lama menunggu jemputan)
8. Gaya Mencap/Menstempel/Mengkritik
Gaya ini termasuk melanggar hak asasi anak. Gaya ini biasanya terjadi
karena adanya sepenggal kelakuan anak sebelumnya yang terlanjur melekat
pada penilaian guru.
Misalnya:
“Kamu memang tidak tahu aturan, persis seperti kelakuan kakakmu dulu yang tidak sopan itu…!”
Sumber : http://www.tuanguru.com/2011/09/potret-gaya-mengajar-guru.html
0 Comments
Posting Komentar
Mohon tidak berkomentar dengan link aktif, dan kami mohon maaf apabila komentarnya tidak kami setujui atau bahkan kami hapus
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.