“Sudah jatuh tertimpa tangga”, ada
pepatah lama mengatakan demikian. Kalimat itu mungkin cocok bagi saya
selaku operator aplikasi pendataan dapodik. Bagaimana tidak, dari awal
sudah mendapatkan sikap cuek dan respon negative dari nara sumber, pada
proses pengerjaannya pun juga mengalami tekanan dari nara sumber, lalu
bagaimana dengan proses akhirnya…? Proses akhir tidak jauh berbeda
dengan kegiatan awal dan pengerjaan, semuanya berujung pada tekanan.
Bagaimana tidak, dari awal kita sudah berusaha mengsosialisasikan kepada
rekan guru, hingga penginputan data pada program sampai dengan
pengiriman, lalu diakhir pengerjaan, bukannya honor atau lembaran rupiah
yang didapatkan melainkan tekanan dan warning dari berbagainara sumber.
Pada saat awal mengsosialisasikan
program pendataan ini, banyak rekan guru yang bersikap masa bodo. Mereka
menganggap pendataan ini hanya pendataan belaka yang tidak membawa
manfaat. Hanya menambahkan kesibukan dan pekerjaan saja, harusnya tidur
siang malah nyari arsip kenaikan gaji berkala, arsip ijasah, dan arsip
lainnya. Sungguh malang nasib operator, baru awalnya saja sudah
mendapatkan tanggapan seperti itu, lalu bagaimana dengan akhirnya.
Pemberkasan telah selesai dilakukan,
walaupun dilakukan tanpa ikhlas (sepertinya begitu) tapi apa mau
dikata, yang penting data ada. Saat bagi saya sebagai operator untuk
bekerja dengan cara menginput data yang sudah ada pada program aplikasi
pendataan. Banyak data yang kosong dan tidak diisi, lalu bagaimana
pemecahannya…??? Saya tanyakan pada narasumber langsung, jawabannya
bagaimana…??? Oh tidak ada, ya sudah lah biarkan saja kosong. Mendapat
jawaban seperti itu membuat saya memiliki modal dan dasar hukum apabila
ketika pengiriman data ada beberapa data yang kurang valid.
Penginputan data telah selesai,
akhirnya saya bisa bernafas dengan lega. Tapi tunggu dulu, setelah
penginputan data selesai ada lembaga yang bernama P2TK yang bertugas
memverifikasi dan menentukan bahwa data tersebut telah memenuhi syarat
atau belum bagi PTK yang bersangkutan. Dan hasilnya ada beberapa data
yang tidak muncul. Dari sini mulai masalah baru, tidak jarang PTK yang
memprotes kepada operator bahwa data yang mereka kirimkan kenapa bisa
tidak tampit di situs P2TK, mereka khawatir kalau tunjangan sertifikasi
mereka tidak akan dibayarkan. Padahal orang P2TK berkata, tunjangan
sertifikasi bagi PTK yang tidak memenuhi syarat akan ditunda
pembayarannya dan akan dibayarkan pada periode berikutnya.
Seperti itulah manusia, ketika
mereka mendapat masalah, bukan pemecahan yang dicari, tetapi siapa yang
berhak untuk disalahkan. Jangankan untuk memberikan satu atau dua keping
uang logam kepada operator, ucapan terima kasih pun tidak terucap dari
mulut mereka. Padahal pemerintah sudah menetapkan honor untuk operator
dan biaya operasional seperti biaya pulsa internet, mereka dihonor Rp.
1.000,- per siswa yang ada disekolah. Tapi kenyataannya, bukannya honor
yang didapat, melainkan segerombolan pertanyaan dan warning dari PTK
yang datanya tidak tampil disitus P2TK. Bukan hanya itu, biaya internet
pun harus ditanggung oleh operator. Padahal dari pihak P2TK sendiri
sudah mengisyarakatkan, bahwa data PTK tidak akan sekaligus tampil,
secara bertahap data mereka akan diverifikasi oleh pihak P2TK.
Sekalilagi, namanya manusia, memiliki sifat dan sikap yang berbeda.
Jangan putus asa untuk mereka yang menjadi operator, tetap jalankan
kewajiban anda dan tuntut hak anda.
Betul, pak. Itu banyak dialami teman-teman dan termasuk saya. Sedikit mengobati rasa was-was, saya temukan cara untuk melihat kenapa dapodik masih juga error ketika data semua telah di-entry. http://yopibest.blogspot.com/2013/04/baca-tabel-dapodik.html.
BalasHapusMudah2an ada manfaatnya.
Alhamdulillah,
BalasHapusSalam Pendidikan.
tips dan trik yang sangat membantu bagi kami disni, oh ya blog site
yopibest keren designnya, artikelnya juga sangat bgus dan inovatif, suatu kehormatan saudara mau berkunjung ke blog sederhana kami.